Jakarta - Menyaksikan manusia berdialog dengan robot menggunakan bahasa Inggris di layar kaca, membuat seorang anak lelaki tertegun. Kagum. Bagaimana mungkin hal itu terjadi? Beruntung, anak ini tak pernah tahu bahwa itu trik kamera dan editing, sehingga mimpi bisa bicara dengan robot tetap tertanam dalam benaknya.
Kini, 40
tahun kemudian, dia berhasil membuat orang bicara dengan robot. Lebih canggih
dari yang dia tonton dulu, karena robotnya paham bahasa Indonesia! Oskar
Riandi, bocah kecil itu, telah \\\'berubah\\\' menjadi pencipta robot.
Robot
buatan Oskar bukan mesin yang bergerak, tetapi mesin pemikir. Mesin yang dengan
tekun mencatat kata demi kata untuk langsung ditampilkan di layar komputer. Ide
awalnya sederhana tetapi mulia, yaitu bagaimana agar saudara-saudara kita yang
mempunyai keterbatasan fisik dapat turut menikmati kemajuan teknologi komputasi.
Sebagai
karyawan BPPT, Master Information Science dari Japan Advanced Institute of
Science and Technology (JAIST) dengan spesialisasi Pemrosesan Suara ini mengajukan
proposal risetnya untuk didanai Pemerintah (DIPA) pada tahun 2006. Proposalnya
ditolak karena prioritas pendanaan saat itu untuk bidang lain, sementara jumlah
dana tersedia terbatas.
Oskar
paham prioritas pemerintah, tetapi dia juga yakin bahwa penelitiannya akan
bermanfaat suatu saat nanti. Tak putus asa, dia pun menawarkan topik ini kepada
Telkom RDC untuk dibiayai melalui skema grant research Asia Pasific
Telecommunity. Diterima. Dan penelitian selama 6 bulan menghasilkan IGOS Linux
Voice Command (ILVC). Murid-murid SLB Cicendo Bandung sudah merasakan
manfaatnya.
Keberhasilan
membuat sistem pengenal wicara bahasa Indonesia ini membuat Oskar bersemangat.
Dia mengembangkan ILVC menjadi LiSan, Linux dengan liSan, pada tahun 2008.
Sistem aplikasi ini lebih komprehensif. Penyandang cacat tak sekadar dapat
mengoperasikan komputer, tetapi juga dapat membuat dokumen, menulis email, atau
membuat status di Facebook, dengan suara mereka.
Menggunakan
headset dan mic yang dihubungkan ke komputer, kita cukup bicara, dan LiSan akan
menjadi asisten kita dengan menuliskannya di layar monitor. Kegiatan yang
tampak sederhana ini memerlukan kerja keras. Tak sekadar menyiapkan sistem
komputasinya, tetapi Oskar harus memenuhi database selengkap mungkin. Merekam sebanyak-banyaknya
kata-kata dalam bahasa Indonesia, dengan berbagai variasi dialek dan intonasi.
Sistem yang dibuat harus sensitif terhadap perbedaan-perbedaan itu.
Terwujudnya
suatu ide, akan memunculkan ide lain. Begitu pula yang dialami pria kelahiran
Cirebon, 25 Juli 1967 ini. Terpikir olehnya untuk membuat sistem aplikasi
sub-titleing dari berita TV. Tujuannya, agar mereka yang tuna rungu dapat juga
mengikuti berita secara real time. Kembali, pendanaan menghalangi, sehingga ide
ini tak terwujud. Tetapi, berulang juga, inovasi tak terhenti. Penelitian tetap
dilakukan dan menghasilkan Sistem Ikhtisar untuk Dokumen Bahasa Indonesia atau
SIDoBI.
Keberhasilan
LiSan pun menggiring Oskar untuk menyederhanakan pembuatan notulen rapat.
Biasanya, notulis membuat risalah pertemuan dengan melakukan transkripsi dari
rekaman. Ini membutuhkan waktu. Memecah rekaman menjadi beberapa bagian dan
ditranskripsikan banyak notulis, solusinya selama ini.
Oskar
mencoba menyederhanakan pembuatan risalah rapat, cukup mempercayakan kepada
sistem. Selain memperbesar kapasitas kerja dari LiSan, Perisalah ini juga
melepas penggunaan atribut. Peserta rapat tak perlu menggunakan headset. Mereka
rapat biasa saja, cukup menggunakan mike yang tersedia di ruang rapat seperti
biasa. Sistem Perisalah akan melakukan pencatatan secara lengkap dan terurut,
tepat, mudah, aman, dan langsung terpampang di monitor ruang rapat saat itu
juga.
Perjuangan
panjang yang berbuah manis. Setelah ILVC menjadi nominator ICT Award untuk
kategori RND pada tahun 2008, LiSan, SIDoBI, dan Perisalah termasuk 3 dari 101
Inovasi Indonesia Paling Prospektif yang diselenggarakan Kementrian RISTEK dan
Business Innovation Center (BIC) pada tahun 2009.
Setelah
lulus SMAN 1 Cirebon tahun 1986, Oskar menjadi PNS bersamaan dengan diterimanya
beasiswa dari BPPT untuk kuliah S1 di Universitas Waseda, Jepang. Kembali ke
Indonesia tahun 1992, tak mudah situasi yang dihadapi. Perbedaan iklim kerja
dan fasilitas, serta iming-iming kenyamanan hidup dari berbagai perusahaan
swasta di dalam maupun luar negeri, sempat mengganggu konsentrasi. Tetapi,
kembali kepada ajaran kuat yang dipegangnya sejak kecil atas sesuatu yang
bernama komitmen, Oskar bertahan.
Sebelum
kuliah, dia sudah menandatangani akad dengan negara. Dia sangat paham, akad
harus ditepati. Berguru kepada sang ayah yang memulai karir dari bawah tapi
selalu bekerja sepenuh hati, Oskar bertekad melewati semua tantangan dan godaan
ini.
Ketekunan
dan kesungguhan memberi hasil istimewa. Tahun 2010 Oskar panen penghargaan.
Bulan Mei menjadi salah satu PNS berkinerja terbaik tingkat Nasional, setelah
sebelumnya mendapat kenaikan pangkat luar biasa. Bulan Agustus mendapatkan
Ristek Award untuk kategori Teknologi Inovatif. Dan pada HUT RI ke-65 mendapat
penghargaan Satya Lencana Pembangunan dari Presiden RI.
Suami Erni
Haryani ini mengungkapkan bahwa ini bukan prestasinya seorang diri. Selain
istri dan ketiga anaknya, Amira Zalikha (13), Rania Zhafirah (6), dan Sayyid
Ahmad (4) yang selalu mendukung, tim di belakang layar justru paling layak
mendapat apresiasi. Mereka adalah para peneliti di BPPT. Motivasi memberi yang
terbaik dan dedikasi berbuat untuk negara, itu saja yang mendasari kerja keras
mereka.Yang menarik, mereka tidak merasa perlu penghargaan.
Beberapa
orang saja yang mau diangkat namanya, sebagian yang lain memilih tetap seperti
adanya. Sebagai atasan, Oskar justru merasa semakin bertanggung jawab untuk
menciptakan iklim riset dengan diiringi penghasilan yang kondusif bagi mereka.
Diantaranya dengan cara komersialisasi hasil riset. Dalam arti, memikirkan
implementasi riset, menjalin kemitraan dengan industri, dan melakukan riset
yang memang ada yang memerlukannya.
Kombinasi
dari berbagai faktor tersebut membuahkan Paten Perisalah pada 28 Maret 2011.
Oskar mempunyai hak paten atas Sistem Penghasil Risalah dan Ringkasan Risalah
Pertemuan. Hak paten ini membuka jalan lain yang lebih luas. Industri berkenan
menjadikannya produk komersial. Berbagai institusi negara kini telah
menggunakan Perisalah.
8 Mei 2012
lalu, penghargaan nasional dari Menkum HAM diterima dalam rangka perayaan Hari
Kekayaan Intelektual Sedunia ke-12. Oskar menerimanya di Istana Wapres
bersama-sama dengan 12 penerima penghargaan lain dari berbagai kategori, di
antaranya Ary Ginanjar atas ESQ-nya, Hendy Setiono dengan Kebab Turkinya,
Andrea Hirata dengan Laskar Pelanginya, dan Agnes Monica sebagai Duta HAKI.
Penghargaan
tak membuat Oskar berhenti. Sampai tahun 2014, ia masih akan mengutak-atik
sistem transkripsi otomatis agar bisa melakukan transkripsi berbagai bahasa.
Selain itu, mengembangkan cloud computing, yaitu mentranskripkan file rekaman
suara atau perkataan orang dari tempat yang jauh tapi komputernya terhubung ke
sistem. Dan yang paling menarik untuk para wartawan, sedang dikembangkan sistem
ini untuk mobile, berbasis operator seluler. Wartawan nantinya cukup
mewawancara sambil mengaktifkan ponsel. Operator seluler akan mentranskripkan,
dan mengirim hasilnya sebagai email kepada sang pemilik nomor.
Mengapa
Oskar begitu bersemangat memikirkan berbagai fasilitas teknologi untuk bahasa
Indonesia? \\\"Bahasa ini unik,\\\" ujarnya, \\\"Bahasa
Indonesia adalah milik kita, bangsa Indonesia. Kita yang harus menjaganya, dan
kita yang paling paham penggunaannya. Maka, penguasaan teknologi tak sekedar
penting, tapi mutlak. Riset komputasi bahasa harus dilakukan secara gencar,
gegas, dan aplikatif.\\\"
sumber :
http://news.detik.com/tokoh/1945371/oskar-riandi-dan-teknologi-untuk-bahasa-indonesia
0 Komentar untuk "Oskar Riandi dan Teknologi untuk Bahasa Indonesia"