Siapa sih yang tidak pernah mendengar kata-kata Gojek? Pastilah semua orang pernah mendengarnya, kecuali orang-orang yang tinggal di daerah terpelosok, yang masih 'miskin' akan teknologi. Lalu apa itu Gojek sebenarnya? Lalu apa bedanya dengan ojek pangkalan biasa.
Pengertian Gojek (tulisan asli
GO-JEK) adalah perusahaan yang melayani layanan ojek di mana saja untuk siapa
saja yang membutuhkan secara online. Gojek bermitra kepada pada pengendara
berpengalaman di Jakarta, Bandung, Bali, dan Surabaya. Selain dapat mengantar
orang ke suatu tempat, Gojek juga melayani pengiriman barang, pesan antar
makanan, berbelanja, dan lain sebagainya. Gojek berdiri pada tahun 2010, dan
sekarang sedang menjaditrending topic di kalangan manapun.
Layanan ojek online berbasis aplikasi mobile kian populer
seiring boomingnya ojek online bernama Go-Jek. Popularitas bisnis ini juga
terus menanjak bersamaan dengan banyaknya kisah sukses para pengemudinya.
Penghasilan diatas rata-rata, serta minimnya modal yang
diperlukan, membuat masyarakat ramai-ramai mendaftar menjadi pengemudi ojek. Sementara
di level penyedia layanan, sejumlah start up pun berlomba-lomba membuat
aplikasi yang diharapkan bisa lebih disukai pasar.
Fenomena ini secara langsung juga telah mengubah image ojek
yang selama ini hidup di masyarakat. Ojek tak lagi dipandang sebagai pekerjaan
'rendahan', namun telah menjelma menjadi profesi yang bonafide dan
menjanjikan,.
Bahkan beberapa di antaranya dipandang sebagai profesi yang
cukup 'gaul'. Sehingga pelakuanya pun kini tak lagi terbatas pada satu kelompok
masyarakat saja. Simak saja bagaimana kisah ribuan sarjana yang melamar jadi
driver Go-Jek pada pendaftaran yang digelar di Hall Basket Senayan pada 11
Agustus 2015 lalu.
Atau kisah seorang mahasiswi yang nyambi jadi driver Go-Jek
disela cuti kuliahnya. Popularitas Go-Jek juga terlihat dari jumlah pengunduh
aplikasi layanan ini. CEO GoJek Nadiem Makarim, mengklaim bahwa aplikasinya
sudah diunduh sebanyak dua juta kali setidaknya hingga Agustus 2015. Ia juga
mengklaim bahwa Go-Jek telah menjadi sumber penghasilan bagi 30 ribu rumah
tangga.
Adapun popularitas dan
keberhasilan yang berhasil diraih Go-Jek ini telah menjadi sumber inspirasi
bagi masyarakat untuk membuat layanan serupa.
Berdasarkan penelusuran, kini setidaknya ada 10
penyedia layanan ojek online yang beroperasi di Pulau Jawa dan Bali. Berikut
daftarnya:
1. Go-Jek
Go-Jek bisa dibilang pioner dalam bisnis ini. Berdasarkan
penelusuran, Go-Jek sebenarnya sudah ada sejak tahun 2010 lalu. Namun saat itu,
peminatnya masih sedikit. Barulah, penyedia jasa transportasi ojek ini
berkembang pesat setelah meluncurkan aplikasi di ponsel pada awal 2015. CEO
Go-Jek Nadiem Makarim mencatat, sejak awal tahun ini user yang mengunduh
aplikasi Go-Jek sudah mencapai 650.000 orang dengan pertumbuhan pengojek
mencapai 10.000 orang yang bergabung. Sementara hingga Agustus 2015 ini, ia
mengklaim bahwa aplikasi Go-Jek sudah diunduh hingga dua juta kali. Tidak hanya
wilayah Jabodetabek, Go-Jek sudah melebarkan sayapnya hingga ke Bali, Bandung,
dan Surabaya. Go-Jek kini bekerja sama dengan hampir 100 perusahaan yang
menjadi pelanggan korporat. Pria lulusan Master of Business Administration dari
Harvard Business School ini mengajak pengojek yang punya motor sebagai mitra. Adapun
layanan yang diberikan Go-Jek meliputi jasa antar barang atau instant courier,
jasa antar penumpang, jasa antar makanan dan minuman serta layanan antar
belanja.
2. GrabBike
GrabTaxi, resmi meluncurkan layanan ojek online bernama
GrabBike pada Mei 2015 lalu di Jakarta. Layanan yang disediakan hampir sama
dengan Go-Jek. Pun cara pemesanannya juga sama, yakni dengan cara mengunduh
aplikasi smartphone untuk pemesanan dan kalkulasi biaya juga langsung
ditampilkan di aplikasi tersebut. Untuk mencuri perhatian pasar, GrabBike
terhitung sering mengeluarkan promo. Terkini, mereka meluncurkan program
NgebikeAja dengan tarif flat Rp 10 ribu untuk seluruh tujuan di Jakarta pada
non peak hour atau bukan waktu sibuk. Adapun meski pemain baru, GrabBike juga
mengklaim sejumlah keberhasilan. Misalnya dalam promo Goceng yang berhasil
menjaring 8000 pengguna di pekan pertama peluncuran. Mereka juga mengklaim
berhasil membukukan 500 ribu pesanan dalam kurun waktu enam pekan.
3. Blu-Jek
Blu-Jek juga menawarkan layanan seperti halnya ojek online
pada umumnya. B erbasis di kawasan Jabodetabek, Blu-Jek mulai diluncurkan pada
18 September 2015. Layanan ojek online yang digagas Garret Kartono dan Michael
Manuhutu ini, memiliki aplikasi smartphone yang hampir sama dengan aplikasi
ojek online lainnya. Adapun dalam tahap pertama ini, Blu-Jek menawarkan
sejumlah layanan meliputi Blu-Menu untuk layanan pesan antar makanan, Blu-Rider
untuk layanan antar penumpang, Blu-Courier untuk layanan antar barang serta
Blu-Shop untuk layanan antar belanjaan.
4. Ojeku
Ojeku sebenarnya sudah ada sejak tahun 2012 lalu, namun
popularitasnya tak se-booming Go-Jek dan lainnya. Layanan jasa antar penumpang
dan barang ini didirikan oleh Mario Yosafat dengan area operasional di wilayah Jakarta.
Berdasarkan penelusuran, Ojeku tersebar di seluruh area Jakarta teruma untuk
wilayah Jakarta timur dan selatan. Mereka mengklaim mampu mengantarkan
penumpang maupun barang tanpa terjebak kemaceran Jakarta.
5. Get-Jek
Layanan ojek online ini bebasis di wilayah Solo. Berbeda dari
yang lainnya, Get-Jek bahkan belum resmi diluncurkan. Rencananya, layanan
Get-Jek baru akan dilaunching pada 27 September 2015 mendatang. Berdasarkan
penelusuran, Get-Jek tak hanya melayani jasa transportasi antar barang atau
penumpang, namun menekankan pula pada life assistant semisal membantu
membimbing pengurusan SIM maupun pajak.
6. Ojek Syar'i
Layanan ojek online bernama Ojek Syar'i atau Ojesy ini berani
menawarkan jasa ojek yang lebih spesifik dengan menyasar kaum wanita saja. Dikutip
dari website resminya, layanan ini didirikan oleh Evilita Adriani (19 th) Pada
10 Maret 2015 bersama Reza Zamir (21 th) dengan nama Ojek Syar’i Surabaya. Kemudian
dibantu oleh rekannya, Agus Edi S (32), Ojek Syar'i berubah menjadi PT Ojek
Syari Indonesia pada tanggal 8 Agustus 2015. Adapun sang penggagas, Evi
merupakan jurusan Hubungan Internasional di UPN Veteran Surabaya. Uniknya, ide
Ojek Syar'i ini muncul lantaran Evi mengaku ngeri dengan berbagai tindakan
kejahatan berbupa pelecehan seksual terhadap perempuan yang terjadi di angkutan
umum. Di sisi lain, hampir semua jasa ojek dijalankan laki-laki dan ini tidak
bisa dimanfaatkan perempuan yang tidak mau naik motor selain dengan muhrimnya. Pada
tahap awal, usaha ini dilakoni Evi sendiri dengan bermodalkan motor Jupiter
miliknya. Kemudian dengan dibantu temannya, usaha ini pun berkembang dengan
dibuatnya aplikasi berbasis smartphone. Kini, Ojek Syar'i sudah menerima
pelamar driver. Syaratnya, harus perempuan, berjilbab, punya motor dan ponsel
Android, karena pemesanan dilakukan lewat aplikasi di ponsel pintar.
7. Bangjek - Ojeg Argo Nyaman
Layanan ojek online bernama Bangjek - Ojeg Argo Nyaman ini
juga berbasis di Jakarta. Berdasarkan informasi di website resminya, Bangjek
menawarkan sejumlah fasilitas kepada penggunanya. Antara lain, free wifi,
fasilitas member, perlindungan asuransi kecelakaan serta diskon berbagai produk
sobat BangJek. Di Jogja sendiri, adapula layanan ojek online bernama Bang-Jek. Layanan
ini dibuat oleh pelajar SMA Muhammadiyah I Prambanan bernama Rio Stefan pada 20
Agustus 2015. Berbeda dengan layanan ojek online lainnya, pemesan Bang-Jek ini
belum menggunakan aplikasi smartphone, melainkan masih menggunakan layanan
pesan instan semisal WhatsApp dan Blackberry Messenger. Adapun, layanan
Bang-Jek ini ada kesamaan dengan Ojek Syar'i lantaran mereka menawarkan layanan
ojek dengan driver perempuan atau laki-laki.
8. Wheel Lines
Di Jakarta, adapula layanan transportasi bernama Wheel Lines
yang sudah dikembangkan sejak 5 Januari 2012. Dikutip dari website resminya,
Wheel line menyediakan layanan transportasi, logistik dan jasa pembelanjaan
(shopping&delivery) dengan menggunakan armada Honda Scoopy. Dalam
websitenya dijelaskan Jasa Personal Kurir Wheel Line ini dibuat dengan tujuan
untuk memperkenalkan kepada masyarakat bagaimana cara memulai hidup praktis
dalam menghadapi macetnya di jalan, terutama di daerah ibukota Jakarta dan
sekitarnya.
9. Handy Mantis
Jasa layanan transportasi dengan tagline 'Jasa Kurir Serba
Bisa' ini melayani jasa kurir dan ojek. Untuk pemesanan, Handy Mantis
menyediakan sejumlah layanan sebagaimana jasa kurir dan transportasi lainnya. Namun
yang unik, Handy Mantis juga melayani jasa antrean. Jadi anda tak perlu capek-capek
mengantre membeli tiket bioskop, membayar tagihan, maupun mengantre tiket
lainnya karena mereka bisa menggantikannya untuk anda.
10. Taxi Bike
Taxi Bike merupakan pemain baru yang melayani ojek online di
Pulau Dewata, Bali. Pemilik Bali Service Production (BSPro) Bryan Ronald
Victor, ide meluncurkan Taxi Bike muncul lantaran kondisi Denpasar yang
menurutnya masih minim angkutan publik. Ojek online yang diluncurkan sekitar
bulan Juli 2015 ini melayani jasa jasa antar orang, barang dan dokumen selama
24 jam.Sementara itu, ongkos yang dikenakan untuk jasa antar orang dan barang
sebesar Rp 2.500 per kilometer. Selama masa promosi, harga per kilometer
dipatok Rp 2.500, sedangkan Go-Jek seharga Rp 4.000 per kilometer. Sedangkan
jika tempat penjemputannya jauh, maka dikenakan tambahan biaya sebesar Rp
2.500. Nah, apakah anda juga mau terjun di bisnis ini? Sebaiknya pikirkan lagi
layanan apa yang belum disediakan oleh penyedia layanan ojek lainnya yang sudah
ada. (tribunnews.com)
Dampak positif dan negatif
keberadaan ojek online di Jakarta selama ini:
1.
Mempermudah warga
Sebagian besar pengguna jasa ojek online mengaku dimudahkan
dengan layanan jemput di lokasi. Mereka tidak perlu repot-repot mencari
pangkalan ojek lagi. Cukup memesan layanan melalui layar smartphone, pengemudi
ojek online siap mengantar
2 2. Menghemat ongkos
Adanya promosi yang dibuat oleh para perusahaan ojek online membawa
keuntungan pada konsumen.Seperti Go-Jek dan Grab Bike. Dengan memberi promo tarif flat, keduanya
memanjakan konsumennya dengan tarif flat sekitar Rp 5.000 hingga Rp 15.000
dalam jarak km tertentu."Saya biasanya kalau ke kantor naik ojek yang
dekat rumah, tapi sekarang lebih nyaman naik ojek online. Lebih murah soalnya,
bisa hemat berapa ribu, lumayan," kata Toto (34), seorang karyawan yang
berkantor di Jakarta Selatan.
3.
Lapangan kerja
Pendapatan ojek online yang lumayan dibandingkan ojek
pangkalan, cukup menggiurkan. Ojek pangkalan yang melihat peluang ini memilih
bergabung dengan ojek online.Bahkan, ketika gembar-gembor pendapatan dari ojek
online hingga puluhan juta sebulannya, beberapa pegawai swasta tertarik
bergabung sebagai pekerjaan sampingan.Bahkan, ada yang rela meninggalkan
pekerjaannya sebagai manajer sebuah perusahaan, karena tergiur dengan
pendapatan yang lumayan besar.Seperti pengojek Grab Bike, Rudianto (26). Sejak
bergabung dengan Grab Bike, 20 Mei 2015 lalu, pendapatan terbesar Rudianto
dalam sebulan bisa mencapai Rp 23 juta. Wow!
4.
Menambah Kemacetan
Meski mengklaim diri berbeda dengan ojek pangkalan, kenyataan
di lapangan, pengojek online tetap membuat beberapa pangkalan atau memang
mangkal di sebuah tempat sambil menunggu order dari konsumen. Tidak jarang,
trotoar hingga badan jalan jadi tempat mangkal pengojek online.Kondisi ini
sampai membuat Polda Metro Jaya dan Dishubtrans DKI Jakarta sepakat untuk
menindak tegas para pengojek online yang mangkal, terutama di trotoar.Salah
satu tempat favorit untuk mangkal para pengojek online adalah di depan Mal
Taman Anggrek dan depan Central Park, Jakarta Barat.Salah satu pengojek online
yang mangkal di sana, Rudi (36), mengaku sengaja berada di sana sejak pukul
16.00 WIB hingga 20.00 WIB. Menurut dia, lebih mudah untuk mengambil order jika
menetap di sana karena konsumen yang memesan dari apartemen Mal Taman Anggrek
dan sekitarnya cukup banyak.
5.
Konflik dengan ojek pangkalan
Dinamika antara pengojek online dengan pengojek pangkalan
yang lebih "senior" beberapa kali terjadi. Dengan layanan ojek online
yang tampak lebih laku, pengojek pangkalan merasa terintimidasi.Tempat yang
paling terlihat konflik antara pengojek online dengan pengojek pangkalan adalah
di Apartemen Kalibata City, Pancoran, Jakarta Selatan. Di pintu masuk saja, ada
papan pengumuman yang mengatasnamakan komunitas ojek pangkalan di sana menolak Go-Jek dan Grab Bike. Konflik antara keduanya sampai memicu kontak
fisik hingga perkelahian.Konflik pengojek online dan pengojek pangkalan tidak
berlangsung lama. Kini, kebanyakan pengojek pangkalan sudah mau bergabung
dengan perusahaan ojek online.Mereka yang masih bertahan sebagai pengojek
pangkalan, sudah bisa menerima keberadaan pengojek online yang dianggap
memiliki konsumen berbeda.
Sumber :
0 Komentar untuk "Ojek Online di indonesia"